Dosen : Ubaidillah M.Pd.I
Disusun Oleh:
Nurul Laela Zahra : 32-17- 047
Nurul Rizqi : 32- 15-021
Nisa Pundi Lestari :
32-15-002
|
Fakultas
Agama Islam
UNIVERSITAS
ISLAM JAKARTA
2017 M /
1439 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Al qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi nabi Muhammad SAW
kemukjizatannya terkandung pada aspek bahasa dan isinya. Dari aspek bahasa, al
Qur’an mempunyai tingkat fashohah dan balaghah yang tinggi. Sedangkan dari
aspek isi, pesan dan kandungan maknanya melampaui batas-batas kemampuan
manusia. Ketika al Qur’an muncul banyak di dalamnya terkandung hal-hal yang
tidak bisa ditangkap oleh orang-orang pada zamannya, akan tetapi kebenarannya
baru bisa dibuktikan oleh orang-orang pada abad modern sekarang ini.
Adanya kemunduran-kemunduran pada bahasanya, membuat orang-orang Arab merasa prihatin dan mulailah mereka berfikir
untuk mengembalikan bahasa arab pada kemurniannya. Mereka kemudian mulai
menyusun ilmu nahwu, sharaf dan balaghah.
Para pakar Bahasa arab mulai menyusun ilmu balaghah yang mencakup ilmu
bayan, ma’ani dan badi’. Ilmu-ilmu ini disusun untuk menjelaskan keistimewaan
dan keindahan susunan bahasa Al Qur’an dan segi kemukjizatannya. Ilmu itu
disusun setelah muncul dan berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Isti’arah Murasyahah, Isti’arah Mujarradah, dan Isti’arah Muthlaqoh?
2.
Berikan 5 contoh isti’aroh murasyahah, mujarrodah dan muthlaqoh?
C. Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui isti’arah Murasyahah, isti’arah Mujarrodah, isti’arah
Muthlaqoh
2.
Untuk mengetahui contoh lain dari isti’aroh murasyahah, isti’aroh
mujarrodah dan isti’aroh muthlaqoh
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian dan contoh isti’arah murasyahah,
isti’arah mujarradah, dan isti’arah muthlaqoh
Majaz Isti’arah
ditinjau dari segi pernyataan tambahan yang menyertainya, isti’arah terbagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1.
الإستعارة المرشحة
هي الإستعارة
التي قرنت بملائم المستعار منه أى المشبه به
Isti’arah Murasyahah yaitu isti’arah yang disertai lafadz yang sesuai
dengan musyabbah bihnya / musta’ar minhu[1]. Isti’arah
murasyahah yaitu suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh kata-kata yang cocok
untuk musyabbah bih. Contoh dalam firman Allah SWT dalam Q.S. Al Baqarah ayat
16:
ألئك الّذين اشتروا الضلالة
بالهدى فما ربحت تجارتهم وما كانوا مهتدون
Artinya: Mereka itu orang-orang yang membeli
kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung dagangan mereka. ( Q. S. Al
Baqarah: 16).[2]
Penggunaan kata اشتروا (membeli) pada ayat di
atas, merupakan bentuk isti’arah (pinjaman) yang kata tersebut berposisi
sebagai musta’ar minhu (kata yang dipinjami) / musyabbah bih (yang diserupai)
untuk kata استبدلوا yang berarti ‘menukar”
berposisi sebagai musta’ar lahu (kata yang dipinjamkan) /musyabbah (yang
diserupakan) yang disertai/diikuti oleh lafadz yang cocok/sesuai dengan
musyabbah bih/ musta’ar minhu, yaitu ربحت
تجارتهم فما yang berarti “tidak beruntung dagangannya.” Contoh di atas termasuk kategori isti’arah murasyahah,
karena pada contoh itu ada pernyataan tambahan yang menyertainya yang
cocok/sesuai dengan musyabbah bih/ musta’ar minhu nya.[3]
Contoh lain Isti’aroh Murasyahah :
خُلُقُ فُلاَنٍ أَرَقُّ مِنْ أنفَاسِ الصَّبَاءِ
إذا غَازَلَت أزهَارَ الرُّبَا
“Akhlak Fulan itu lebih lembut dari pada napas angin timur ketika bercanda dengan bunga-bunga dataran tinggi”
Pada bait ini, isti’aroh makniyyah terdapat pada kata ‘ash-shobaa’
(angin yang berhembus dari timur), karena angin diserupakan dengan manusia
(dibuang musyabbahbih nya dan
diganti dengan kata yang menunjukkan sifat khasnya, yaitu anfaas). Anfaas
menjadi karinah makniyyah. Sedang isti’aroh murasyahah terdapat
pada kata ghaazalat.
2.
الإستعارة المجردة
هي التي قرنت
بملائم المستعار له أى المشبه
Isti’arah Mujarradah, yaitu isti’arah yang disertai lafadz yang sesuai dengan musyabah atau
musta’ar lahu. Contoh:
يؤدون التحية
من بعيد # إلى قمر من الإيوان باد
Artinya : "mereka memberi penghormatan dari tempat yang jauh kepada bulan yang muncul
dari singgasana".
Penggunaan kata (قمر) yang berarti “bulan” pada contoh diatas , merupakan bentuk
isti’arah (pinjaman) yang kata tersebut berposisi sebagai musta’ar minhu (kata
yang dipinjami) atau musyabbah bih ( yang diserupai) untuk kata (امرأة جميلة) yang berarti ”perempuan cantik”, berposisi
sebagi musta’ar lahu (kata yang dipinjamkan) atau musyabbah (yang diserupakan )
yang disertai atau diukuti oleh lafadz yang cocok atau sesuai dengan musyabbah
atau musta’ar lahu, yaitu (من الإيوان باد) yang berati “muncul dari singgasana “.
Contoh diatas termasuk kategori isti’arah mujarradah, karena padacontoh
itu ada pernyataan tambahan yang menyertainya yang cocok atau sesuai dengan
musyabbah atau musta’ar lahunya.[4][4]
Contoh lain isti’aroh mujarrodah :
كَانَ فُلاَنٌ أَكتَبَ النَّاسَ إذَا شَرِبَ قَلَمُهُ
مِن دَوَاتِهِ أو غَنَّى فَوقَ قِرطَاسِهِ
“Fulan adalah orang yang paling hebat tulisannya, ketika penanya minum
tinta dan menari di atas kertasnya”
Pada bait ini, terdapat isti’aroh mujarrodah, yakni terdapat
kata-kata yang relevan dengan musyabbah,
yaitu kata ‘dawaatihi’ dan ‘qirthasihi’. Karinahnya qalam
(minum dan menari).
3.
الاستعارة المطلقة
الإستعارة المطلقة هي التى لا يذكر فيها ملائم المشبه ولا ملائم المشبه به
أو يذكر ملائمها معا
Isti’arah
muthlaqoh yaitu yang tidak
disertai lafadz yang sesuai
dengan (musabbah
bih/musta’arminhu dan
musabbah/musta’arlahu )
ataupun disertai
lafadz yang sesuai dengan
keduanya.[5]
Contoh isti’arah yang tidak disertai lafadz yang
sesuai dengan (musabbah bih /musta’arminhu
dan musabbah/musta’arlahu ) pada surah al-haqqoh ayat 11
إنما لما طغي
الماء حملناكم في الجارية
Contoh isti’arah yang disertai lafadz yang sesuai
dengan keduanya:
في الخد إن
عزم الخليط رحيلا # مطر تزيد به الخدود محول
BAB III
PENUTUP
Majaz Isti’arah ditinjau dari segi pernyataan tambahan yang menyertainya,
isti’arah terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Isti’aroh Murasyahah
2. Isti’aroh Mujarrodah
3. Isti’aroh Muthlaqoh
[1][1]
Maman Dzul Iman, Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah, Yogyakarta:
Deeppublish, 2016, hal: 127
[2][2]
Mamat Zaenudin & Yayan Nurbayan, pengantar ilmu balagoh, Bandung :
refika aditama, 20071, hal : 37
[4][4]
Maman Dzul Iman, Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah, Yogyakarta:
Deeppublish, 2016, hal: 128
[5][5] .(kulliyatul mualliminal islamiyah,
albalagoh fi ilmibayan ,ponorogo: Darussalam pres, hal 90
Komentar
Posting Komentar